Powered By Blogger

Minggu, 06 Mei 2012

Anakku sayang 1

Ini adalah sebuah peristiwa nyata yang pernah benar-benar ada. Dan pelakunya adalah teman SMP saya dulu dengan nama asli disamarkan untuk privasi.
Aku adalah muslimah yang taat. Kata orang wajahku manis dibalik kerudung putih panjang yang selalu kupakai tiap harinya. Tinggi badanku + 155 cm dengan berat badan sekitar 45 kg. Ya aku sangat mensyukurinya jika memang orang yang mengatakan hal itu secara jujur.
Kata suamiku, dibalik busana muslim yang aku kenakan, tubuhku dibilang sangat seksi dan jika ada laki-laki yang tahu, pasti akan mengatakan secara fisik aku sempurna. Itu juga aku pasrahkan pada yang kuasa, apakah yang dikatakan suamiku itu jujur atau tidak. Yang jelas aku hanya bisa menganggap sebagai rayuan saja sebelum aku melayani nafsunya sebagai istri.


Rumah tanggaku dengan suamiku sebenarnya baik-baik saja, namun karena kami masih menumpang di rumah orang tuaku, membuat semua yang kami perbuat sedikit membuat risih. Tapi secara keseluruhan keluarga kami dalam kondisi yang sehat dan bahagia. Sampai suatu ketika ada sebuah kejadian yang membuat cara berpikirku berubah 180 derajat. Hal itu bermula dari sebuah malam yang sangat mempengaruhi kehidupanku.
Malam itu, suamiku pulang sedikit larut. Takut akan mengganggu orang lain yang masih satu rumah, aku coba layani suamiku dengan lembut meski mata sedikit ngantuk akibat sempat ketiduran usai menina bobokan anak laki-laki semata wayangku yang sudah sudah berumur 4 tahun. Setelah menemani suami makan malam, kami berduapun bersiap melakukan hubungan suami istri.
Sebelum melakukan hubungan aku sempatkan mencium kening anakku yang sedang tertidur, meski suamiku sudah sangat bernafsu untuk menyetubuhiku. Segera saja suamiku memagut bibirku dengan penuh gelora meski aku sendiri sebenarnya sudah tidak mood dalam melayaninya, karena aku sudah terlalu ngantuk. Namun sekali lagi karena rasa sayangku pada suami dan tanggung jawab sebagai wanita muslimah taat, kucoba agar suamiku tetap bisa terpuaskan dengan tubuh yang sudah lelah.
Pelan-pelan pakaian yang kukenakan dilucuti satu per satu oleh suamiku. Payudaraku yang masih keluar ASI karena anakku masih meminum ASIku dijilat dan dihisapinya dengan buas. Setelah seluruh pakaianku ditanggalkan, suamiku bergegas melepas seluruh bajunya dan langsung menindihku kembali dan langsung mengarahkan batang penisnya yang cukup besar dan panjang itu ke liang senggamaku.
“Engghh... mas. Pelan-pelan aja mas.” pintaku lirih karena vaginaku terasa perih saat penis suamiku dipaksa masuk vaginaku. Namun suamiku tetap saja buas dengan nafsunya yang sudah ingin sekali menyetubuhiku. Aku hanya bisa pasrah sambil menggigit bibir tipisku untuk sedikit menahan rasa perih. Agar suamiku tak merasa terganggu nafsunya karena aku yang tidak punya libido besar, kucoba belai rambutnya, sehingga terkesan aku sangat menikmatinya. Sampai akhirnya, “Bleshh...” liang senggamaku berhasil dipenuhi batang penis suamiku dan aku sedikit memekik karenanya.
Genjotan demi genjotan, kayuhan demi kayuhan nafsu suamiku kurasakan semakin membuat tubuhku merasa lelah tanpa bisa aku nikmati. Sampai akhirnya beberapa menit sejak suamiku larut dalam kayuhan nafsunya, anakku terbangun dari tidurnya dan mendapati kami berdua sedang melakukan hubungan yang seharusnya belum boleh dia lihat.
Dan benar saja, anakku yang masih sangat polos itu langsung menghampiri aku dan menyuruh suamiku turun dari tubuhku. Dikirannya suamiku sedang menyakiti aku karena suara lenguhanku yang lirih kuperdengarkan agar suamiku mengira aku juga sedang menikmati persetubuhan itu. Aku yang tidak sadar anakku terbangun karena fokus melayani nafsu suamiku terperanjat kaget.
Sadar suamiku tidak mau mengalah untuk sejenak menghentikan persetubuhan, akhirnya kucoba tenangkan anakku dengan menyuruhnya menyusu payudaraku. Suamiku akhirnya mau kurayu agar posisinya tidak sepenuhnya menelungkupi aku dengan kedua kakiku ditaruh diatas pundaknya lagi, sehingga kedua kakiku diturunkan dengan posisi dia menggenjot vaginaku dengan posisi agak menengadah bertumpu kedua tangannya, agar anakku mendapat ruang untuk menyusu.
Sekarang posisiku ditindih dua laki-laki bapak dan anak. Suamiku mendapatkan bagian bawah menikmati liang senggamaku, anakku dapat bagian atas sambil menyusu payudaraku. Dua laki-laki yang sangat aku sayangi itu mendapatkan kenikmatannya masing-masing, sedangkan aku merasa semakin lelah saja. Dan setelah itu hal yang tidak pernah aku bayangkan terjadi.
Sampai suamiku puas dan menyemburkan spermanya ke dalam rahimku, ternyata anakku tidak kembali tidur juga meski sudah aku susui. Begitu tahu ayahnya melepaskan penis, anakku tiba-tiba bergegas bangun dari menyusu payudaraku dan segera melepas celana kolornya. Penis kecilnya diarahkan ke liang senggamaku meniru apa yang barusan dilakukan oleh suamiku, meski penis yang masih terbungkus kulup itu tampak masih mengkerut.
Aku dan suamiku kaget bukan kepalang sampai kami berdua sama sekali tak bereaksi apapun untuk beberapa saat, meski anakku sudah berusaha meniru ayahnya dengan menghentak-hentakkan penisnya yang tidak bisa ia masukkan ke liang dimana dia dilahirkan itu. Begitu responku kembali, aku langsung beranjak agar anakku tidak terlalu jauh dalam bersikap. Tapi ternyata aku sudah terlambat. Reaksi anakku adalah wajahnya mulai sedih dan terlihat hendak menangis.
Suamiku yang takut suara tangis anakku mengganggu orang dalam rumah, apalagi posisi aku dan suamiku yang memang masih telanjang bulat langsung mengambil keputusan yang lebih membuat aku kaget. Ia malah menyuruhku agar tidak menghentikan aksi anakku. Mungkin karena ia risih karena tinggal di rumah mertua jika anaknya rewel. Aku bisa pahami itu, tapi aku langsung menolak permintaannya.
“Jangan lah mas. Itu kan dosa mas?” pintaku.
“Ya dari pada dia nangis.” sahut suamiku panik.
Meski berat akupun menuruti kata-kata suamiku. Kupegang penis kecil anakku dan kubantu mengarahkan penis kecilnya dengan posisi tubuhku kutumpukan pada kedua sikuku. Anakkupun mengikuti tanganku yang pelan menarik penis kecilnya itu ke liang senggamaku, sehingga sekarang gantian anakku yang menindih tubuhku seperti suamiku tadi.
Penis kecil yang masih mengkerut di dalam kulup itu kubantu tekan agar terdorong memasuki bibir vaginaku. Anakku sendiri ikut mendorong dengan penuh semangat meski susah sekali karena penisnya yang belum tegang. Sampai akhirnya kulup penisnya terbuka dan membuat kepala penisnya sedikit melesak ke dalam bibir vaginaku. Secara tidak sadar aku menjepitkan kepala penis anakku yang masih sangat sensitif itu dengan bibir vaginaku. Hal itu spontan terjadi sebagai reaksiku yang merasa geli dimasuki benda kecil yang aneh.
“Enghh...” desahku tak sadar saat penis kecil anakku sedikit demi sedikit mulai besar dan ereksi dan terus kubantu agar bisa memasuki liang senggamaku, yang mungkin karena jepitan spontan bibir vaginaku tadi membuat penis anakku merasakan rangsangan yang sebenarnya belum dia pahami.
Sampai akhirnya, “Slep... Slep...” Tanganku terlepas dari penis kecil anakku. Anakku sendiri sudah bisa berinisiatif dengan gerakan memompa penisnya pada liang dimana dia dilahirkan dulu meniru apa yang dilakukan suamiku tadi.
Dan entah kenapa pula saat anakku mulai lancar menyetubuhiku, aku malah diliputi keinginan bersetubuh. Aku benar-benar terangsang dengan perlakuan penis kecil anakku didalam vaginaku. Juga tambah terangsang dengan inisiatifnya yang terus memompa penisnya itu sambil mulai menyusu payudaraku. Itu masih ditambah lagi dengan remasan jemari mungilnya yang biasa memainkan peyudaraku yang satunya tiap dia sedang menyusu.
“Enghh... mas... ” desahku memanggil suamiku yang sedang membelaiku melihat apa yang dilakukan anak kesayangan kami berdua padaku. “Tolong udah ya mas. Ade takut jadi menikmati persetubuhan ini. Enghh... Ade nggak mau kaya gini mas...”
“Udah nggak apa-apa sayang. Demi anak kita.” Jawab suamiku yang tidak tahu maksud permintaanku.
Karena suami menjawab seperti itu, dan nafsuku juga semakin meluap karena rangsangan dan sodokan penis kecil anakku, aku langsung menarik wajah suamiku agar aku bisa mencium bibirnya. Dalam hati aku berkata, “Meski persetubuhannya dengan anakku, aku tidak ingin selingkuhi suamiku. Setidaknya agar fantasi seksku bukan dengan anakku melainkan dengan suamiku.”
Tak kusangka, apa yang dilakukan anakku bisa bertahan sampai sekitar 15 menit. Sehingga aku yang punya tipikal cepat klimaks sempat mencapai orgasmeku. Aku mengejang hebat sampai lava vaginaku meledak melumuri batang penis kecil anakku. Aku syok dan terguncang antara menikmati kebahagiaan bersetubuh yang jarang kudapat dengan suamiku bercampur rasa bersalah merasa berselingkuh dengan anakku, karena aku yang mencapai klimaks.
Akupun jatuh terkulai dan ciuman dan rangkulanku pada suamiku terlepas. Dalam keadaan lemas itu, aku melihat sosok anakku yang sedang asyik menyetubuhiku. Akupun sadar bahwa saat dia menyetubuhiku sedari tadi, anakku sama sekali bukan karena nafsu birahi yang sudah muncul, namun sifat polos anak kecilnya yang ingin meniru semua yang dilakukan orang tuanya.
Aku hanya bisa tersenyum dan membelai rambutnya sambil membiarkan anakku terus menyusu dan menggenjot vaginaku. Karena vaginaku yang telah banjir akibat orgasmeku, pelan-pelan sodokan penis anakku mulai lambat dan mulai sering terlepas dari cengkeraman bibir vaginaku. Dan pelan-pelan pula aku merasa penis kecilnya kembali mengkerut sehingga kepala penisnya kembali memasuki kulupnya di dalam vaginaku, sampai akhirnya gerakan anakku terhenti karena kelihatan sudah bosan dengan permainan yang sangat lama dia lakukan untuk ukuran anak seumuran dia.
Anakku akhirnya terlelap dalam pelukanku sambil menyusu dengan posisi menindih tubuhku. Penis kecilnyapun masih mengganjal bibir vaginaku untuk menutup. Sedangkan suamiku sendiri sepertinya sudah sangat lelah dan cukup puas dengan nafsu birahinya padaku tadi. Tinggal aku yang belum bisa tertidur memikirkan apa yang barusan terjadi.

1 komentar:

  1. Jual Obat Penenang Pikiran , obat Anti Depresi , Obat Antidepresan Seperti:

    Happy Five Erimin h5 Rp. 950.000
    Dumolid 5mg Rp. 180.000
    Riklona 2mg Rp. 200.000
    Alprazolam 1mg Rp. 110.000

    Info Lengkap Kunjungi Wabsite Kami
    www.klinikzolam.com

    BalasHapus