Powered By Blogger

Sabtu, 26 Mei 2012

Hadiah ulang tahunku


Halo pembaca 17Tahun.Com, perkenalkan namaku Toni. Well, langsung saja kali ya. Ceritaku ini bermula kira-kira 5 tahun yang lalu. Saat itu umurku masih 16 tahun, yah mendekati 17 tahun. Aku ingat betul karena ceritaku ini terjadi berdekatan dengan ulang tahunku, dan mungkin sedikit berhubungan dengan ulang tahunku itu.
Hari itu adalah tepat satu hari sebelum hari ulang tahunku yang ke 17. Saat itu aku dan Mamaku sedang makan malam berdua. Oh iya ada yang hampir kulupakan. Sejak umur 15 tahun aku tinggal berdua dengan Mamaku. Orangtuaku bercerai ketika aku berumur 15 tahun. Dan aku memilih untuk ikut Mama. Entah kenapa tapi sejak kecil aku memang lebih dekat ke Mama. Mungkin karena Mama sangat sayang kepadaku.

Aku dan Mama tinggal di sebuah rumah yang lumayan besar. Maklumlah, Kakekku (dari pihak Mama) adalah pengusaha yang sangat sukses. Dan Mama adalah penerusnya. Oh iya sebagai gambaran, saat itu Mamaku masih berusia 33 tahun. Hari ulang tahun Mama terpaut dua minggu dari hari ulang tahunku. Mama mempunyai wajah yang sangat cantik. Berkulit kuning langsat yang menambah kecantikannya. Dengan tinggi dan berat sekitar 165 cm dan 45 kg membuat Mama terlihat sangat ideal. Sedangkan buah dada Mama kuperkirakan berukuran 36 yang nantinya ternyata terbukti perkiraanku salah.
Kembali ke cerita awal. Pada saat asyik-asyiknya aku melahap makan malamku, Mama tiba-tiba berkata, “Ton, besok kamu kan ulang tahun.”
Aku yang lagi enak-enaknya makan sih hanya mengangguk saja. Melihat aku yang tidak begitu menanggapinya, Mama berkata lagi, “Kalo Mama nggak salah umurmu udah 17 tahun kan?”
Dan seperti tadi, aku pun hanya mengangguk-angguk saja sambil tetap melahap makanan di depanku.
“Ton, Mama ingin ulang tahunmu besok menjadi ulang tahun yang berkesan buatmu. Jadi kamu boleh meminta kado apa saja yang kamu mau.”
Aku yang mulai tertarik dengan ucapan Mama pun bertanya, “Apa saja Ma..?”
“Iya, apa saja yang kamu mau,” jawab Mama.
Dengan hati-hati aku bertanya lagi, “Ma, Toni kan udah gede.”
“Betul, Mama tau itu. Lalu..?” tanya Mama penuh selidik.
“Toni rasa udah waktunya Toni tau yang namanya.. seks. Aku pingin rasain ngentot sama mama.” kataku dengan hati-hati.
Kulihat Mama agak terkejut dengan perkataanku barusan. Tapi setelah dapat menguasai keadaan, Mama pun tersenyum sambil bertanya, “Apa nggak ada kado lain yang lebih kau inginkan dari pada itu, Ton..?”
“Tadi Mama bilang boleh minta apa saja, kok sekarang jadi menolaknya. Kalo Mama nggak mau ya udah. Beri aja Toni kado sweater atau baju seperti ulang tahun Toni yang udah-udah.” kataku dengan wajah agak muram.
“Tu… Tunggu dulu donk Sayang. Kan Mama belon bilang mau apa nggak. Jadi jangan ngambek dulu donk.” kata Mama dengan wajah sabar.
“Jadi.. boleh nggak, Ma..?” tanyaku dengan tidak sabar.
“Ya gimana juga tetep saja nggak boleh. Tapi, gimana ya? Kita lihat nanti saja deh.” jawab Mama.
“Terima kasih Ma. Toni sayang banget sama Mama.” jawabku dengan antusias.
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Seperti malam kemarin, aku dan Mama lagi makan malam berdua. Malam itu Mama terlihat cantik sekali.
Mama tiba-tiba berkata, “Ton, kamu Kamu beneran serius pingin minta kado ngentot sama mama?” tanya Mama dengan sedikit terlihat salah tingkah.
Aku yang memang sudah ingin langsung saja menjawab, “Iya, ma. Emang boleh?”
Mamaku jadi terlihat kebingungan setelah itu. Namun, setelah selesai makan Mama menggandengku ke ruang televisi.
“Duduk di sini Sayang. Tunggu sebentar ya..!” kata Mama sambil menyuruhku duduk di permadani.
Mama lalu masuk ke kamarnya. Tidak lama kemudian Mama keluar dari kamar. Aku terkejut, karena sekarang Mama hanya memakai baju tidur yang sangat seksi dan menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Di tangannya, Mama memegang beberapa buah CD. Mama lalu menuju ke VCD player lalu memasang CD yang dibawanya.
Setelah diputar, ternyata itu adalah VCD XX, VCD yang pertama kuingat berjudul ‘Chow Down’. Setelah duduk di sebelahku, Mama memandangiku sambil berkata, “Ton, mama gantiin hadiahmu dengan ini mau nggak?” tanya Mama.
“Cuma nonton film bokep ma? Ahh… itu sih sudah sering ma. Aku pinginnya ngentot sama mama” jawabku.
Mama semakin terlihat bingung dengan kata-kataku yang makin berani. Tapi tak berapa lama, mama mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu sedetik kemudian Mama mulai mencium bibirku. Dengan refleks aku pun membalas ciumannya. Dan tidak lama kedua lidah kami pun bertautan.
“Mmmh.. mmhh.. mm..” hanya desahan saja yang terdengar kini dengan diiringi desahan-desahan dari film yang diputar di TV.
Aku memeluk Mama erat-erat sambil tetap berciuman. Mama pun terlihat sudah sangat terangsang.
Tidak lama tanganku pun mulai menggerayangi tubuh Mama. Tangan kiriku mulai meremas-remas payudara Mama dari luar baju tidurnya. Sedangkan tangan kananku mulai meraba-raba selangkangan Mama.
“Ahh..!” teriak Mama ketika tanganku menyentuh vaginanya.
Setelah sekitar 20 menit kami saling berciuman dan saling meraba, Mama melepaskan pelukan dan ciumannya. Lalu Mama menuntun tanganku untuk membuka bajunya. Tanpa diminta dua kali, tanganku pun mulai beraksi melepas baju tidur Mama dari tubuhnya. Sekarang Mama hanya memakai BH dan celana dalam saja. Mama tersenyum padaku lalu mendekatiku. Dan tidak lama, tangan Mama mulai berusaha melepas pakaian yang kukenakan. Aku hanya menurut saja diperlakukan begitu. Dan kini pun hanya tinggal CD saja yang melekat di tubuhku.
Dengan tubuh yang sama-sama setengah telanjang, aku dan Mama kembali berpelukan sambil berciuman. Hanya desahan saja yang terdengar di ruangan. Lalu perlahan tanganku membuka kaitan BH Mama. Melihat aku yang kesulitan membuka BH-nya, Mama tersenyum, lalu tangannya membantuku membuka BH-nya. Sekarang buah dada Mama yang indah itu pun terpampang jelas di depanku.
“Tetek Mama gede banget sih. Toni suka deh,” kataku sambil meraba payudara Mama.
“Dasar nakal. Pinter banget kamu ngerayu. Sekali lagi mama tanya. Kamu serius dengan permintaanmu ini, sayang?”
“Lha boleh nggak ma? Kalo nggak boleh ya sudah.” tanyaku balik sambil menggerutu.
Untung jawaban mamaku adalah menaruh jemari tanganku di bulatan payudaranya. Dan itu membuatku jadi paham dengan jawaban mamaku.
Tanpa dikomando dua kali, aku langsung saja menjilati payudara Mama yang sebelah kanan. Sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara Mama yang sebelah kiri.
“Aahh.. Ohh.. *****..!” teriak Mama ketika buah dadanya kujilat dan kusedot-sedot.
Secara bergantian payudara Mama kusedot dan kujilati, sedangkan tangan kanan Mama meremas-remas batang penisku dari luar CD-ku. Dan tanpa sadar, Mama berusaha melepaskan CD-ku. Aku pun tidak mau kalah. Setelah puas menggarap payudara Mama yang besar itu, aku pun berusaha melepaskan CD Mama. Melihat kelakuanku yang tidak mau kalah, Mama hanya tersenyum saja. Sesaat kemudian kami berdua sudah telanjang bulat. Aku hanya dapat menelan ludah melihat tubuh indah Mama. Di selangkangan Mama, terlihat bulu-bulu yang tertata rapi membentuk segitiga.
“Ton, kontol kamu gede banget.” kata Mama takjub melihat batang penisku yang sudah menegang.
“Masa sih Mam..?” tanyaku seakan tidak percaya,
“Perasaan jauh lebih gede dari punya papamu.”
“Tapi tetek Mama juga gede kok. Emang tetek Mama itu ukuran berapa..?” tanyaku lagi.
“Ukuran 34B, emang kenapa sayang..?” tanya Mama.
“Hah… ternyata lebih kecil ya?” jawabku, dan tanganku kembali meremas payudara Mama sambil menggigitnya.
“Aauwww..!” teriak Mama, “Sakit sayang, masa tetek Mama digigit..?” kata Mama manja.
“Ma’af, Ma. Toni sudah nggak sabar ma.” jawabku sekenanya.
“Nggak apa-apa kok sayang. Tapi jangan kenceng gitu dong sayang. Sekarang lakukanlah apa yang kamu mau dari mama. Kamu percaya kan kalo mama sayang banget sama kamu?” kata Mama sambil tangan kanannya masih meremas-remas kemaluaku.
Aku hanya menjawab anggukan saja. Dan tidak lama Mama pun berjongkok, lalu tersenyum. Mama mendekatkan wajahnya ke kemaluanku, lalu mulai mengeluarkan lidahnya.
“Uuhh.. aahh.. enak Mam..!” aku berteriak ketika lidah Mama mulai menyentuh kepala penisku.
Mama masih menjilati penisku, mulai dari pangkal sampai ujung kepala penisku. Dan kedua bijiku pun tidak terlewatkan oleh lidah Mama. Aku hanya memejamkan mata sambil mendesah-desah memperoleh perlakuan seperti itu.
Setelah sekitar sepuluh menit, aku merasa kemaluanku berada di sebuah lubang yang hangat. Aku pun membuka mataku dan melihat ke bawah. Ternyata sekarang separuh penisku sudah masuk ke mulut Mama.
“Aahh.. oohh.. yeeahh.. enaakk ba..nget Maa..!” teriakku lagi.
Kuperhatikan penisku diemut-emut oleh Mama tanpa mengenai giginya sedikit pun. Lidah Mama bergerak-gerak dengan lincah seperti ular.
Dan sekarang kulihat Mama menyedot-nyedot bulu kemaluaku seperti mau dikeramasi.
“Maa.. enak Maa..!” aku hanya dapat berteriak.
Aku merasa ada yang mau keluar dari penisku, aku tidak tahan lagi, dan seerr.. Aku kaget juga, meski sebelumnya aku sudah sering keluar sperma dari tiap onaniku sambil membayangkan bercinta dengan mamaku.
“Wah, ma’af Ma. Toni nggak sengaja.” kataku buru-buru dengan napas yang masih terengah-engah.
Tapi apa yang terjadi, Mama malah menjilati air maniku yang berleleran. Gila.., sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Dan tiba-tiba Mama menyuruhku menggendongnya ke atas sofa. Setelah kududukkan dia, batang penisku dikocok-kocok lagi di depan wajahnya, terus disedot-sedot seperti makan es krim.
“Ayo Sayang..! Kamu pingin masukin kontolmu ke memek mama kan?” kata Mama.
Aku kaget juga. Tapi aku memang sudah tidak sabar lagi dengan itu. Mama memandangku dengan manja, sedangkan tangannya masih mengocok batang kemaluanku dengan jemari lentiknya yang mungil..
Aku mengikuti saja perintah Mama. Setelah itu Mama berdiri lalu duduk di sebelahku. Kedua kakinya dikangkangkan sehingga aku dapat melihat vaginanya dengan jelas.
“Sayang, janji ya kalo kamu nggak akan nakal lagi setelah ini..!” Aku mengangguk saja. Setelah itu Mama tidur telentang di atas sofa yang panjang. Aku langsung saja menuju bagian bawah pusar Mama. Kudekatkan wajahku ke vagina Mama, lalu kukeluarkan lidahku dan mulai menjilati vaginanya.
“Ahhh.. Aduh, mama belum pernah diginiin papamu, sayang..!” Mama meracau saat kujilati vagina dan klitorisnya kuhisap-hisap.
“Ohh.. Aahh.. Sudah.. sudah, cepetan masukin kontolmu saja, Sayang..! Mama udah nggak tahan..!” pinta Mama memohon.
Aku pun perlahan bangun dan mensejajarkan tubuhku dengan Mama. Kugenggam batang penisku, lalu perlahan-lahan kudorong pantatku menuju vagina Mama.
Ketika memasuki liang senggamanya, Mama berteriak-teriak, apalagi ketika separuh penisku mulai menelusuri dinding vaginanya. Baru pertama kali aku merasakan kenikmatan yang luar biasa seperti ini. Rasanya seperti diurut-urut, enak seperti dielus-elus daging basah dan kenyal.
“Aakhhh enak nggak, Sayang..! akhhh… Ya sudah, puasin nafsumu, sayang..!” jeritan Mama memenuhi kamar mandi.
Setelah sekitar 10 menitan, aku mencabut batang kemaluanku dari lubang vagina Mama. Mama terlihat sangat kecewa ketika aku melakukan itu. Dan tidak lama kemudian aku meminta Mama untuk berganti posisi. Kuminta Mama untuk menungging. Lalu dari belakang kuremas-remas pantat Mama yang semok itu. Lalu kuarahkan batang penisku ke bibir vagina Mama. Setelah kurasa tepat, lalu kusetubuhi Mama dari belakang dengan doggie style.
“Aduhh.. akhhh.. mama diapain sayang!” jerit Mama ketika kusetubuhi dari belakang.
Sedangkan aku pun tidak kalah hebohnya dalam berteriak, “Maa.. memek.. nya.. e..naak..!”
Rupanya gaya itu membuat Mama sudah tidak tahan lagi, sehingga sesaat kemudian, “Sayang Mama lemes. Aahh..!”
Mama berteriak keras sekali, dan aku yakin kalau kami tidak berada di rumah itu, orang lain pasti mendengar teriakan Mama.
Aku merasakan penisku seperti disiram cairan hangat. Walau kusadari Mama sudah mencapai puncaknya, aku tetap saja memompa batang penisku di dalam vagina Mama. Malah semakin giat karena sekarang liang Mama sudah licin oleh cairan Mama.
Dan tidak lama, “Maa.. Toni.. mau sampaaii nih..!” kataku ketika aku merasa mau orgasme.
“Cabut kontolmu Sayaang..!” perintah Mama.
Tapi aku nggak pedulikan perintahnya, karena aku memang ingin masukkan spermaku ke dalam rahim mamaku. Aku memang ingin mamaku hamil.
“Aahh.. oohh..!” hanya desahan itu yang keluar dari mulutku.
Dan, creet.. croott.. crot..! air maniku menyemprot sebanyak sepuluh kali ke dalam rahim Mama. Rasanya… benar-benar wow. Nikmat tak terkira. Aku benar-benar tak peduli kalo dia adalah mamaku.
Mama tampak kecewa dan sedih dengan kenakalanku itu. Tapi meski terlihat sedih, Mama menjilat-jilat batang penisku dan membersihkan sisa sperma yang masih menempel di kemaluaku, setelah ia melepas kontolku itu dari dalam liang senggamanya. Rasanya ngilu, nyeri plus gimana gitu. Setelah itu kami berdua menuju ke ruang TV. Aku dan Mama duduk bersebelahan dalam keadaan telanjang bulat.
“Kamu puas sayang..?” tanya Mama ketika sudah agak tenang.
“Luar biasa, Ma. Nggak ada kado yang sehebat tadi. Terima kasih, Ma.” sahutku.
“Mama bahagia kalo kamu puas. Sebenarnya Mama juga butuh itu juga.” jawab Mama.
“Lalu kenapa Mama nggak minta ke Toni..?” tanyaku lagi.
“Mama nggak pingin dapetin itu dari kamu. Mama nggak mau hamil anakmu, sayang.” sahut Mama sambil sedih. Tapi kemudian tangannya membelai rambutku. “Tapi ya sudahlah. Semuanya sudah terjadi.”
“Maaf ma. Tapi Ma, setelah ini masih ada ronde selanjutnya kan..?” tanyaku.
“Ha… Kamu masih pingin..?” jawab Mama kaget.
“Iya ma… Soalnya Toni sayang banget sama Mama,” kataku.
“Mama juga sayang banget sama Toni. Tapi apa harus dengan ngentot sayang?” jawab Mama.
Sayangnya responku adalah tak menghiraukan kegalauannya, sampai kemudian kami berdua melanjutkan persetubuhan kami sampai jam dua pagi. Setelah itu kami berdua tidur dalam keadaan telanjang bulat. Dan keesokan harinya aku dan Mama, yang kebetulan lagi tidak masuk kerja, berada di rumah dalam keadaan telanjang bulat selama sehari penuh. Dan tidak terhitung berapa kali kami bersetubuh. Sampai sekarang aku masih tinggal dengan Mama dan masih setia menyetubuhi Mama setiap hari, selama Mama tidak haid.
Itu adalah hadiah ulang tahun yang paling berkesan dalam hidupku.
TAMAT

3 komentar: